hi guys... I know that title look so serious... yah maybe this post will be a little bit serious and definitely still has a deep relation with my major in college. yah ASEAN Economics Comnnunity or we can call it shorter with AEC.
AEC is one of the program from Association of South East Asian Nation (ASEAN) to integrate the economics interest oll over southeast Asian countries. it definitely create a pros and cons, but whatever everyone's opinions, it would not change everything. why? yah absolutely because 2015 nearly coming. so what is my own opinion and solution for my beloved country Indonesia will explained in these text below. Im sorry guys, I use Bahasa Indonesia because this is one of my task in college, so i use bahasa... hehe..
you guys can read it on your own language just by click the translation button in the right side...
hope you enjoy...
NB: I protect this writing from copy and paste, due to keep each other precious creations
1.
Kondisi masyarakat Indoenesia menuju
Asean Economics Community (AEC)
Indonesia
merupakan salah satu Negara terkaya di dunia yang memiliki keanekaragaman dan
keunikan sumber daya. Kini, bukan kalimat itu saja yang menjadi tajuk utama
bagi Indonesia, namun banyaknya perkiraan dunia bahwa Indonesia nantinya akan
menjadi Negara kuat dalam segi ekonomi hingga masuk jajaran atas internasional.
Menurut ekonom Inggris Jim O'Neill yang juga pernah mencetuskan istilah “BRIC”
yaitu gabungan dari Brazil, Rusia, India, dan China pada tahun 2001 bahwa Negara
– Negara tersebut juga akan menjadi kekuatan ekonomi baru dan pengaruh besar
bagi perekonomian dunia, kini dicetuskan kembali gabungan Negara yang dinamai
“MINT” yakni Meksiko, Indonesia, Nigeria, Turki. Negara – Negara yang tergabung
dalam MINT merupakan Negara – Negara berkembang dari gelombang baru yang mulai
mengikuti jejak –jejak BRIC, 4 negara ini tidak membentuk suatu aliansi khusus
namun bila terus mempertahankan atau meningkatkan performa ekonomi masing –
masing hingga tahun 2050, Negara - negara ini akan menjadi kelompok baru Negara
maju. Indonesia disini juga dinilai sebagai jantung dari Asia Tenggara, menjadi
titik temu bagi dua samudera dan dua benua, selain itu Indonesia juga menjalin
kejasama denga China, dimana China sendiri merupakan calon kekuatan nomor satu
dunia si masa depan. Indonesia juga dikatakan berhak masuk kelompok bergengsi
ini karena memiliki keuntungan demografi, geografi, dan perpotensi menikmati
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang signifikan.
Dari table posisiekonomi dunia
dapat ditarik kesimpulan bahwa dari kedua pemeringkatan diatas Indonesia
mengalami kenaikan posisi setiap periode 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan salah satu Negara yang dapat menargetkan dan melaksanakan
pertumbuhan nasional dengan baik.
Untuk ASEAN sendiri, Indonesia
memang terbilang sebagai salah satu Negara penggeraknya. Bahkan salah satu
anggota terbesar. Kenaikan yang bisa Indonesia ciptakan, bisa menjadi kenaikan
bagi ASEAN pula. Namun dilihat lebih dalam lagi, mungkin Indonesia belum
memiliki beberapa hal yang telah dimiliki Negara Asia Tenggara lainnya seperti
kebaikan infrastruktur, system kenegaraan yang bersih, juga pro-kontra lain
yang banyak terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kekonsistenan
Indonesia untuk terus mewujudkan pertumbuhan sekaligus kondisi Negara yang
membaik di setiap waktu.
Kesiapan Indonesia tergantung
pada seberapa besarkah koneksi kerjasama antara pemegang wewenang Negara dalam
hal ini menuju masyarakat ekonomi ASEAN dengan pelaku – pelaku usaha dan
masyarakat. Dilihat dari potensi pertumbuhan, Indonesia memiliki peluang yang
sangat besar untuk bersinar dalam AEC, namun juga dapat menjadi hal yang
membuat Indonesia dapat terlena untuk tidak konsisten. Indonesia juga tidak
hanya dihuni oleh merekayang memahami segala hal tentang ekonomi Negara dan
program – programnya, inilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia untuk terus
mencoba mensosialisasikan hingga titik terdalam agar seluruh masyarakat mampu
membentengi dan mempersiapkan keadaannya menuju AEC tanpa terkesuali, bukan
malah terseret arus dan tidak sejahtera atau juga sejahtera dalam persepsi
telah menemukan lahan konsumtif baru
yang menjadikan Indonesia hanya menjadi pasar dan bukan penjual
2.
Persiapan yang Perlu Dilakukan
Indonesia dalam Rangka Menguatkan Diri Menuju AEC
Menuju intergrasi ekonomi Internasional, tidak hanya diperlukan
perjanjian dan ketentuan saja, hal yang terpenting lainnya adalah membentuk
suatu persiapan yang matang untuk masing – masing Negara agar ketika program
telah dijalankan, tidak terjadi ketimpangan kekuatan melainkan saling
melengkapi, menyeimbangi, dan membuat program ini benar – benar berdampak baik
bagi semua lapisan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa persiapan yang
bertujuan untuk mematangkan Indonesia mengikuti AEC.
1.
Menentukan Jenis atau Bidang
Komoditas Utama yang akan Ditawarkan
Cara ini merupakan hal yang paling utama perlu dipersiapkan oleh
sebuah Negara yang hendak mengikuti integrasi ekonomi internasional. Indonesia
sangat perlu menetukan apa tema yang harus diusung untuk mengikuti AEC.
Misalnya Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam (SDA) yang melimpah
dan sangat baik untuk dijadikan peluang. Tidak hanya SDA yang perlu diolah
dengan teknologi khusus atau memerlukan alat – alat canggih, hasil alam
pertanian indoensia juga sangat kaya dan melimpah ruah. Inilah yang perlu
dikembangkan lagi di Indonesia. Memfasilitasi para petani Indonesia dengan
biaya usaha yang tidak terlalu tinggi dan menggerakkan mereka untuk berproduksi
lebih giat lagi bukan hanya akan sangat mengurangi ketergantungan Negara untuk
mengimpor produk pertanian dari luar negeri namun juga mampu menjadikan
Indonesia sebagai pemasok utama hasil olah tani Asia Tenggara. Namun walaupun
tema produksi di bidang tertentu ini sebagai yang utama, tidak menutup
kemungkinan untuk memunculkan kreatifitas dari berbagai bidang lain sebagai
pengiringnya.
2.
Menciptakan dan
Melaksanakan Program One Village One
Product
Dengan keanekaragaman Indonesia yang tak hanya kaya namun juga
unik. Sangat memungkinkan bagi tiap – tiap wilayah untuk mengembangkan potensi
mereka sendiri. Seperti ketika sebuah desa atau wilayah kaya akan tanah liat,
maka perlu diciptakan iklim industry tanah liat yang menyediakan berbagai macam
produksi tanah liat dan mengembangkannya tidak hanya sebagai pemasok nusantara
namun potensi pariwisata juga. Atau berbagai keunikan lain di tiap wilayah
Indonesia yang akan mendatangkan pundi – pundi dana yang sejatinya akan kembali
digunakan untuk mengembangkan kekuatan masing – masing wilayah. Ketika
rangkaian ini dijadikan inspirasi oleh wilayah – wilayah berpotensi lainnya,
sudah pasti bukan hanya pemasukan yang akan berkembang untuk wilayah tapi juga
mendatangkan ketertarikan mancanegara dalam hal ini Asia Tenggara untuk
menikmatinya sehingga menciptakan pasar Indonesia bagi dunia, bukan malah
sebaliknya.
3.
Mencipatakan Iklim
Usaha yang Pro Dalam Negeri
Mengingat banyak sekali masyarakat berbagai lapisan yang akan
dilibatkan dalam program ini, maka sangat diperlukan iklim usaha yang baik agar
semua dapat membentengi dan mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Iklim
usaha yang baik disini bukan iklim usaha yang melulu pro terhadap perusahaan
asing yang mendatangkan profit tertentu bagi Negara atau yang mampu menunjang
kepopuleran Negara saya, namun tepatnya haruslah lebih pro terhadap pelaku
usaha dalam negeri seperti usaha – usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga
mereka juga akan mampu menciptakan tempat mereka dapat “menjajakan” dagangannya
untuk dunia. Bukan tidak mungkin jika usaha dalam negeri sekalipun masih dalam
skala yang kecil tidak mam[u berkembang hingga tingkat internasional. Jika
difasilitasi dengan berbagai kesiapan yang matang dan biaya – biaya yang masih
rasional, tentunya para pelaku bisnis nanti akan semakin giat untuk
mengembangkan usahanya dan berhasil mengukir tempat yang membantu Indonesia
menjadi penyedia komoditas Asia Tenggara.
4.
Masyarakat Diharuskan
untuk Mencintai Produk dalam Negeri
Slogan “Cintai Produk Dalam Negeri” sudah sering dikumandangkan
ke seluruh pelosok negeri. Namun sebagian besar orang Indonesia sebenarnya baik
yang tergolong menengah keatas maupun menengah kebawah memiliki potensi untuk
cenderung memiliki barang luar negeri. Dilihat dari preferensi orang menengah
keatas, dipastikan bahwa memiliki barang luar negeri kan meningkatkan gengsi
mereka, barang – barang prestisius sudah pasti akan dijadikan ikon dari strata
dan kasta yang sangat ingin mereka raih. Namun bagaimana dengan masyarakat
mengengah kebawah? Apakah mereka akan pula menggunakan barang – barang import
mahal? Tentu saja bukan, justru mereka akan memilih barang – barang dari luar
negeri yang dikatakan harga lebih murah tapi kualitas sudah layak, seperti
barang – barang dari China misalnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap Negara
di luar negeri pastinya juga sudah menentukan target pasar mereka masing –
masing sehingga akan selalu ada celah bagi mereka untuk memasuki pasar besar
seperti Indonesia yang masih cenderung konsumtif dari pada produktif, sehingga
sangat sesuai sekali bagi tujuan mereka untuk mendapatkan lahan konsumen dari
berbagai lapisan masyarakat. Inilah akar masalah yang perlu diperbaiki,
Indonesia perlu bersatu padu untuk membangun pasar dalam negeri yang solid,
yang sesuai harga dan kualitasnya juga siap bersaing dengan luar negeri.
5.
Mengembangkan Bidang
Pendidikan dan Memulai Standard Baru
Pendidikan merupakan kunci terbaik meraih kesuksesan dalam masa
depan. Saat ini masa depan bukan lagi tentang meraih cita – cita sebagai warga Negara
Indonesia yang sukses, namun juga harus siap menjadi warga Negara Asia Tenggara
yang sukses. Kesuksesan ini tidaklah serta merta terjadi ketika system
pendidikan masih di standardkan nasional. Namun bukan pula berarti semua
lembaga pendidikan harus melabeli institusinya dengan standard internasional,
tapi dimulai dengan perilaku internasional positif yang dapat mendidik anak
bangsa berbudaya namun dapat bergabung dengan level komunikasi yang lebih
tinggi. Akan sangat sulit untuk membawa Negara memiliki standard sebaik Negara
internasional apabila untuk berkomunikasi saja masih belum begitu cakap. Oleh
karena itu mengarahkan lembaga pendidikan agar mampu sedikit demi sedikit
menaikkan standard sesuai kondisi internasional juga merupakan salah satu
alternative terbaik. Mengingat Negara Asia Tenggara lain seperti Singapura,
Malaysia, dan Filipina sudah mulai dipastikan mampu berkomunikasi secara
internasional. Hal ini tentunya mengundang pro dan kontra, namun apabila
ditinjau ulang mengenai program AEC yang tidak hanya free trade namun juga
memungkinkan adanya pertukaran pekerja maka seluruh warga Indonesia tidak hanya
akan bersaing dengan 100 atau 200 juta orang saja namun dapat berkembang hingga
600 juta orang. Jika tidak dibekali dengan pendidikan yang baik dan kemampuan
berinteraksi yang baik maka bisa saja warga Indonesia sudah mengalami kekalahan
pada start awalnya. Inilah pentingnya memulai belajar pada tingkat yang lebih
tinggi lagi dan tentunya tetap diawali dari tekat pribadi.
6.
Berbenah pada Seluruh Lapisan
Indonesia terdiri dari Sabang sampai Merauke, berbagai
diferensiasi pekerjaan dan lapisan masyarakat. AEC memang sudah diketahui oleh
pihak – pihak yang aware terhadap
kemajuan ekonomi, namun bagaimana dengan masyarakat yang berada sedikit jauh
dari jangkauan informasi dan kehidupan ekonomi bear? Tentunya hal ini juga
termasuk dalam rangkaian persiapan menuju masyarakat ekonomi ASEAN agar tidak
ada kekagetan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan alat komunikasi terdekat
dengan budaya tempat masing – masing, yang tentunya berbeda dengan suasana
kongres dan sebagainya. Dengan arahan yang tidak membingungkan dan dapat
menampung seluruh aspirasi mereka.
Walau
bagaimanapun juga, Indonesia sebagai Negara terbesar di Asia Tenggara tetap
diincar oleh Negara – Negara lain sebagai lahan penyedia konsumen tertinggi.
Banyak cara akan dilakukan oleh masing – masing Negara untuk memperluas pasar
mereka masing – masing. Saat ini Indonesia sedang aktif membuka kesempatan
impor bagi pelaku usaha dari mancanegara, sedangkan berbagai Negara saat ini
sedang menciptakan entry barrier
untuk impor mereka. Inilah yang akan menjadikan Indonesia sebagai pemicu
perebutan lahan konsumen bagi pelaku usaha dunia. Apabila hal ini tidak
dibatasi, maka sangatlah mungkin apabila pelaku usaha dalam negeri terutama
usaha kecil akan semakin terpuruk di negeri sendiri.
Selain itu
perlu pula mengatasi berbagai permasalahan usaha kecil yang ada di Indonesia
meliputi keterbatasan modal, kualitas sumberdaya manusia, kemampuan dalam hal
pemasaran, akses informasi, serta kemitraan dengan usaha besar seperti BUMN
yang belum terjalin dengan baik. Ini merupakan PR besar bagi pemerintah untuk
segera bekerjasama dengan pelaku usaha dan bersama – sama mengentaskan
permasalahan ini pada titik temunya sebelum Indonesia benar – benar harus
menghadapi AEC. Setelah itu perlu diperjelas dan diatur dengan sedemikian
baiknya juga pada sisi keberpihakan pemerintah terhadap ekspor dan impor agar
tidak berdampak negative pada sisi – sisi yang seharusnya perlu sekali untuk
dikembangkan.
Setelah
dimulai resmi ASEAN Economics Community, pemerintah
juga perlu untuk lebih giat mengawasi jalannya integrasi ekonomi internasional
ini. Indonesia harus berani dalam mengkritisi setiap bentuk kebijakan yang
dibuat oleh program ini dan menimbang ulang, apakah hal tersebut berdampak baik
bagi Negara atau tidak. Dalam integrasi ini sudah pasti akan terjadi pasar
terbuka, namun apabila hal ini tidak diawasi dengan baik dan dibiarkan dengan
sendirinya, bukan tidak mungkin akan tercipta ketimpangan pada masing – masing
sisi dan membentuk pasar monopoli. Diketahui pula bahwa dalam cetak biru (blueprint) AEC belum disebutkan dengan
jelas dan spesifik mengatur tentang hal ini serta belum ada pelaksanaan untuk
membentuk komisi khusus persaingan usaha. Apabila ini tidak disiasati dengan
baik, bisa jadi Indonesia mau tidak mau harus siap dimonopoli.
Berbicara
mengenai pertumbuhan ekonomi, Indonesia memang terbilang salah satu yang
terbaik di Asia, namun perlu diketahui bahwa ketika bergabung dengan integrasi
ekonomi internasional, maka sebuah Negara
tidak hanya akan mengandalkan prestasi ekonomi saja, setiap Negara akan saling
beradu strategi untuk mendapatkan yang terbaik bagi negaranya sendiri. Inilah
yang akan memunculkan sebuah kompetisi terselubung dalam wilayah yang serumpun.
Indonesia perlu konsisten, berprinsip, dan sigap dalam menghadapi setiap detik
masalah yang ada. Inilah kunci sukses memenangkan integrasi ekonomi
internasional. Ketika rangkaian hal ini dikerjakan dengan baik. Bukan tidak
mungkin Indonesia akan menjadi produsen penting dunia.
KESIMPULAN
Secara garis besar, Indonesia yang
dilihat dari segi posisi ekonomi sesungguhnya sudah mencapai pada level tinggi
dunia, namun tetap memiliki sisi – sisi sensitive yang dapat menjadi letak
target Negara – Negara lain untuk dijadikan sasaran pasar mereka. Sebagai Negara
terbesar di Asia Tenggara yang hendak menuju program ASEAN Economics Community,
Indonesia harus berbenar dan melalukan persiapan matang agar nantinya dapat
menjadi pelaku aktif integrasi ekonomi internasional ini.
Upaya – upaya yang perlu dilakukan
Indonesia beberapa diantaranya bisa seperti penentuan bidan atau jenis produk
utama yang akan dijual, kemudian juga memulai gerakan One Village One Product, menciptakan iklim usaha yang pro terhadap
usaha – usaha dalam negeri, menggalakkan pemakaian produk dalam negeri dari
pada produk luar, pengembangan pendidikan pada level yang baru dan lebih
tinggi, serta berbenah pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini tidak
serta merta dapat dikerjakan dalam watu singkat maka dari itu persiapanpun
pastinya harus matang dan dalam jangka waktu yang rasional.
Selain hal – hal diatas, Indonesia
juga sudah sepatutnya mulai memperbaiki permasalahan mengenai ekspor dan impor.
Dimana saat ini Indonesia tengah membuka lear pintu impornya sedangkan Negara –
Negara lain malah sedang melakukan entry
barrier, kondisi yang berbeda ini akan menjadi ketimpangan yang dapat
menimbulkan hal – hal seperti semakin maraknya kedatangan pelaku usaha luar
negeri datang ke Indonesia yang akan menggeser pelaku usaha dalam negeri
Indonesia terutama usaha kecil. Inilah yang perlu diatasi lagi oleh Indonesia
juga terkait dengan keberpihakan ekspor dan impor.
Hal lain diluar persiapan yang perlu
Indonesia perlu tegakkan adalah pengawasan ketika telah benar – benar berada
pada masyarakat ekonomi ASEAN. Dalam cetak biru AEC belum dijelaskan secra
spesifik bahwa akan dibentuk komisi khusus tentang persaingan usaha yang mana
dapat menciptakan dampak pasar monopoli dari Negara lain yang bisa merugikan Negara.
Dan apabila Indonesia tidak berani mengkritisi maka sangatlah mungkin bahwa
Indonesia akan mau tidak mau dimonopoli.
Dari segi pertumbuhan, memang
Indonesia berada di puncak namun perlu diketahui bahwa dalam integrasi ekonomi
internasional, bukan hanya prestasi ini saj yang dibutuhkan. Setiap Negara dan
dalam hal ini harus mempersiapkan strategi kemenangan agar Negara yang besar
seperti Indonesia tidak hanya menjadi raksasa tidur atau menjadi pemirsa
belaka.