Sunday, January 12, 2014

ASEAN Economics Community and the Preparations (Review tagged)

hi guys... I know that title look so serious... yah maybe this post will be a little bit serious and definitely still has a deep relation with my major in college. yah ASEAN Economics Comnnunity or we can call it shorter with AEC.

AEC is one of the program from Association of South East Asian Nation (ASEAN) to integrate the economics interest oll over southeast Asian countries. it definitely create a pros and cons, but whatever everyone's opinions, it would not change everything. why? yah absolutely because 2015 nearly coming. so what is my own opinion and solution for my beloved country Indonesia will explained in these text below. Im sorry guys, I use Bahasa Indonesia because this is one of my task in college, so i use bahasa... hehe..
you guys can read it on your own language just by click the translation button in the right side...
hope you enjoy...

NB: I protect this writing from copy and paste, due to keep each other precious creations



1.    Kondisi masyarakat Indoenesia menuju Asean Economics Community (AEC)
            Indonesia merupakan salah satu Negara terkaya di dunia yang memiliki keanekaragaman dan keunikan sumber daya. Kini, bukan kalimat itu saja yang menjadi tajuk utama bagi Indonesia, namun banyaknya perkiraan dunia bahwa Indonesia nantinya akan menjadi Negara kuat dalam segi ekonomi hingga masuk jajaran atas internasional. Menurut ekonom Inggris Jim O'Neill yang juga pernah mencetuskan istilah “BRIC” yaitu gabungan dari Brazil, Rusia, India, dan China pada tahun 2001 bahwa Negara – Negara tersebut juga akan menjadi kekuatan ekonomi baru dan pengaruh besar bagi perekonomian dunia, kini dicetuskan kembali gabungan Negara yang dinamai “MINT” yakni Meksiko, Indonesia, Nigeria, Turki. Negara – Negara yang tergabung dalam MINT merupakan Negara – Negara berkembang dari gelombang baru yang mulai mengikuti jejak –jejak BRIC, 4 negara ini tidak membentuk suatu aliansi khusus namun bila terus mempertahankan atau meningkatkan performa ekonomi masing – masing hingga tahun 2050, Negara - negara ini akan menjadi kelompok baru Negara maju. Indonesia disini juga dinilai sebagai jantung dari Asia Tenggara, menjadi titik temu bagi dua samudera dan dua benua, selain itu Indonesia juga menjalin kejasama denga China, dimana China sendiri merupakan calon kekuatan nomor satu dunia si masa depan. Indonesia juga dikatakan berhak masuk kelompok bergengsi ini karena memiliki keuntungan demografi, geografi, dan perpotensi menikmati pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang signifikan.


                 Dari table posisiekonomi dunia dapat ditarik kesimpulan bahwa dari kedua pemeringkatan diatas Indonesia mengalami kenaikan posisi setiap periode 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang dapat menargetkan dan melaksanakan pertumbuhan nasional dengan baik.
                 Untuk ASEAN sendiri, Indonesia memang terbilang sebagai salah satu Negara penggeraknya. Bahkan salah satu anggota terbesar. Kenaikan yang bisa Indonesia ciptakan, bisa menjadi kenaikan bagi ASEAN pula. Namun dilihat lebih dalam lagi, mungkin Indonesia belum memiliki beberapa hal yang telah dimiliki Negara Asia Tenggara lainnya seperti kebaikan infrastruktur, system kenegaraan yang bersih, juga pro-kontra lain yang banyak terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kekonsistenan Indonesia untuk terus mewujudkan pertumbuhan sekaligus kondisi Negara yang membaik di setiap waktu.
                 Kesiapan Indonesia tergantung pada seberapa besarkah koneksi kerjasama antara pemegang wewenang Negara dalam hal ini menuju masyarakat ekonomi ASEAN dengan pelaku – pelaku usaha dan masyarakat. Dilihat dari potensi pertumbuhan, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk bersinar dalam AEC, namun juga dapat menjadi hal yang membuat Indonesia dapat terlena untuk tidak konsisten. Indonesia juga tidak hanya dihuni oleh merekayang memahami segala hal tentang ekonomi Negara dan program – programnya, inilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia untuk terus mencoba mensosialisasikan hingga titik terdalam agar seluruh masyarakat mampu membentengi dan mempersiapkan keadaannya menuju AEC tanpa terkesuali, bukan malah terseret arus dan tidak sejahtera atau juga sejahtera dalam persepsi telah  menemukan lahan konsumtif baru yang menjadikan Indonesia hanya menjadi pasar dan bukan penjual


2.        Persiapan yang Perlu Dilakukan Indonesia dalam Rangka Menguatkan Diri Menuju AEC
                
Menuju intergrasi ekonomi Internasional, tidak hanya diperlukan perjanjian dan ketentuan saja, hal yang terpenting lainnya adalah membentuk suatu persiapan yang matang untuk masing – masing Negara agar ketika program telah dijalankan, tidak terjadi ketimpangan kekuatan melainkan saling melengkapi, menyeimbangi, dan membuat program ini benar – benar berdampak baik bagi semua lapisan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa persiapan yang bertujuan untuk mematangkan Indonesia mengikuti AEC.

1.      Menentukan Jenis atau Bidang Komoditas Utama yang akan Ditawarkan
Cara ini merupakan hal yang paling utama perlu dipersiapkan oleh sebuah Negara yang hendak mengikuti integrasi ekonomi internasional. Indonesia sangat perlu menetukan apa tema yang harus diusung untuk mengikuti AEC. Misalnya Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan sangat baik untuk dijadikan peluang. Tidak hanya SDA yang perlu diolah dengan teknologi khusus atau memerlukan alat – alat canggih, hasil alam pertanian indoensia juga sangat kaya dan melimpah ruah. Inilah yang perlu dikembangkan lagi di Indonesia. Memfasilitasi para petani Indonesia dengan biaya usaha yang tidak terlalu tinggi dan menggerakkan mereka untuk berproduksi lebih giat lagi bukan hanya akan sangat mengurangi ketergantungan Negara untuk mengimpor produk pertanian dari luar negeri namun juga mampu menjadikan Indonesia sebagai pemasok utama hasil olah tani Asia Tenggara. Namun walaupun tema produksi di bidang tertentu ini sebagai yang utama, tidak menutup kemungkinan untuk memunculkan kreatifitas dari berbagai bidang lain sebagai pengiringnya.

2.      Menciptakan dan Melaksanakan Program One Village One Product
Dengan keanekaragaman Indonesia yang tak hanya kaya namun juga unik. Sangat memungkinkan bagi tiap – tiap wilayah untuk mengembangkan potensi mereka sendiri. Seperti ketika sebuah desa atau wilayah kaya akan tanah liat, maka perlu diciptakan iklim industry tanah liat yang menyediakan berbagai macam produksi tanah liat dan mengembangkannya tidak hanya sebagai pemasok nusantara namun potensi pariwisata juga. Atau berbagai keunikan lain di tiap wilayah Indonesia yang akan mendatangkan pundi – pundi dana yang sejatinya akan kembali digunakan untuk mengembangkan kekuatan masing – masing wilayah. Ketika rangkaian ini dijadikan inspirasi oleh wilayah – wilayah berpotensi lainnya, sudah pasti bukan hanya pemasukan yang akan berkembang untuk wilayah tapi juga mendatangkan ketertarikan mancanegara dalam hal ini Asia Tenggara untuk menikmatinya sehingga menciptakan pasar Indonesia bagi dunia, bukan malah sebaliknya.

3.      Mencipatakan Iklim Usaha yang Pro Dalam Negeri
Mengingat banyak sekali masyarakat berbagai lapisan yang akan dilibatkan dalam program ini, maka sangat diperlukan iklim usaha yang baik agar semua dapat membentengi dan mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Iklim usaha yang baik disini bukan iklim usaha yang melulu pro terhadap perusahaan asing yang mendatangkan profit tertentu bagi Negara atau yang mampu menunjang kepopuleran Negara saya, namun tepatnya haruslah lebih pro terhadap pelaku usaha dalam negeri seperti usaha – usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mereka juga akan mampu menciptakan tempat mereka dapat “menjajakan” dagangannya untuk dunia. Bukan tidak mungkin jika usaha dalam negeri sekalipun masih dalam skala yang kecil tidak mam[u berkembang hingga tingkat internasional. Jika difasilitasi dengan berbagai kesiapan yang matang dan biaya – biaya yang masih rasional, tentunya para pelaku bisnis nanti akan semakin giat untuk mengembangkan usahanya dan berhasil mengukir tempat yang membantu Indonesia menjadi penyedia komoditas Asia Tenggara.

4.      Masyarakat Diharuskan untuk Mencintai Produk dalam Negeri
Slogan “Cintai Produk Dalam Negeri” sudah sering dikumandangkan ke seluruh pelosok negeri. Namun sebagian besar orang Indonesia sebenarnya baik yang tergolong menengah keatas maupun menengah kebawah memiliki potensi untuk cenderung memiliki barang luar negeri. Dilihat dari preferensi orang menengah keatas, dipastikan bahwa memiliki barang luar negeri kan meningkatkan gengsi mereka, barang – barang prestisius sudah pasti akan dijadikan ikon dari strata dan kasta yang sangat ingin mereka raih. Namun bagaimana dengan masyarakat mengengah kebawah? Apakah mereka akan pula menggunakan barang – barang import mahal? Tentu saja bukan, justru mereka akan memilih barang – barang dari luar negeri yang dikatakan harga lebih murah tapi kualitas sudah layak, seperti barang – barang dari China misalnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap Negara di luar negeri pastinya juga sudah menentukan target pasar mereka masing – masing sehingga akan selalu ada celah bagi mereka untuk memasuki pasar besar seperti Indonesia yang masih cenderung konsumtif dari pada produktif, sehingga sangat sesuai sekali bagi tujuan mereka untuk mendapatkan lahan konsumen dari berbagai lapisan masyarakat. Inilah akar masalah yang perlu diperbaiki, Indonesia perlu bersatu padu untuk membangun pasar dalam negeri yang solid, yang sesuai harga dan kualitasnya juga siap bersaing dengan luar negeri.

5.      Mengembangkan Bidang Pendidikan dan Memulai Standard Baru
Pendidikan merupakan kunci terbaik meraih kesuksesan dalam masa depan. Saat ini masa depan bukan lagi tentang meraih cita – cita sebagai warga Negara Indonesia yang sukses, namun juga harus siap menjadi warga Negara Asia Tenggara yang sukses. Kesuksesan ini tidaklah serta merta terjadi ketika system pendidikan masih di standardkan nasional. Namun bukan pula berarti semua lembaga pendidikan harus melabeli institusinya dengan standard internasional, tapi dimulai dengan perilaku internasional positif yang dapat mendidik anak bangsa berbudaya namun dapat bergabung dengan level komunikasi yang lebih tinggi. Akan sangat sulit untuk membawa Negara memiliki standard sebaik Negara internasional apabila untuk berkomunikasi saja masih belum begitu cakap. Oleh karena itu mengarahkan lembaga pendidikan agar mampu sedikit demi sedikit menaikkan standard sesuai kondisi internasional juga merupakan salah satu alternative terbaik. Mengingat Negara Asia Tenggara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina sudah mulai dipastikan mampu berkomunikasi secara internasional. Hal ini tentunya mengundang pro dan kontra, namun apabila ditinjau ulang mengenai program AEC yang tidak hanya free trade namun juga memungkinkan adanya pertukaran pekerja maka seluruh warga Indonesia tidak hanya akan bersaing dengan 100 atau 200 juta orang saja namun dapat berkembang hingga 600 juta orang. Jika tidak dibekali dengan pendidikan yang baik dan kemampuan berinteraksi yang baik maka bisa saja warga Indonesia sudah mengalami kekalahan pada start awalnya. Inilah pentingnya memulai belajar pada tingkat yang lebih tinggi lagi dan tentunya tetap diawali dari tekat pribadi.



6.      Berbenah pada Seluruh Lapisan
Indonesia terdiri dari Sabang sampai Merauke, berbagai diferensiasi pekerjaan dan lapisan masyarakat. AEC memang sudah diketahui oleh pihak – pihak yang aware terhadap kemajuan ekonomi, namun bagaimana dengan masyarakat yang berada sedikit jauh dari jangkauan informasi dan kehidupan ekonomi bear? Tentunya hal ini juga termasuk dalam rangkaian persiapan menuju masyarakat ekonomi ASEAN agar tidak ada kekagetan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan alat komunikasi terdekat dengan budaya tempat masing – masing, yang tentunya berbeda dengan suasana kongres dan sebagainya. Dengan arahan yang tidak membingungkan dan dapat menampung seluruh aspirasi mereka.

                 Walau bagaimanapun juga, Indonesia sebagai Negara terbesar di Asia Tenggara tetap diincar oleh Negara – Negara lain sebagai lahan penyedia konsumen tertinggi. Banyak cara akan dilakukan oleh masing – masing Negara untuk memperluas pasar mereka masing – masing. Saat ini Indonesia sedang aktif membuka kesempatan impor bagi pelaku usaha dari mancanegara, sedangkan berbagai Negara saat ini sedang menciptakan entry barrier untuk impor mereka. Inilah yang akan menjadikan Indonesia sebagai pemicu perebutan lahan konsumen bagi pelaku usaha dunia. Apabila hal ini tidak dibatasi, maka sangatlah mungkin apabila pelaku usaha dalam negeri terutama usaha kecil akan semakin terpuruk di negeri sendiri.
                 Selain itu perlu pula mengatasi berbagai permasalahan usaha kecil yang ada di Indonesia meliputi keterbatasan modal, kualitas sumberdaya manusia, kemampuan dalam hal pemasaran, akses informasi, serta kemitraan dengan usaha besar seperti BUMN yang belum terjalin dengan baik. Ini merupakan PR besar bagi pemerintah untuk segera bekerjasama dengan pelaku usaha dan bersama – sama mengentaskan permasalahan ini pada titik temunya sebelum Indonesia benar – benar harus menghadapi AEC. Setelah itu perlu diperjelas dan diatur dengan sedemikian baiknya juga pada sisi keberpihakan pemerintah terhadap ekspor dan impor agar tidak berdampak negative pada sisi – sisi yang seharusnya perlu sekali untuk dikembangkan.
                 Setelah dimulai resmi ASEAN Economics Community, pemerintah juga perlu untuk lebih giat mengawasi jalannya integrasi ekonomi internasional ini. Indonesia harus berani dalam mengkritisi setiap bentuk kebijakan yang dibuat oleh program ini dan menimbang ulang, apakah hal tersebut berdampak baik bagi Negara atau tidak. Dalam integrasi ini sudah pasti akan terjadi pasar terbuka, namun apabila hal ini tidak diawasi dengan baik dan dibiarkan dengan sendirinya, bukan tidak mungkin akan tercipta ketimpangan pada masing – masing sisi dan membentuk pasar monopoli. Diketahui pula bahwa dalam cetak biru (blueprint) AEC belum disebutkan dengan jelas dan spesifik mengatur tentang hal ini serta belum ada pelaksanaan untuk membentuk komisi khusus persaingan usaha. Apabila ini tidak disiasati dengan baik, bisa jadi Indonesia mau tidak mau harus siap dimonopoli.
                 Berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi, Indonesia memang terbilang salah satu yang terbaik di Asia, namun perlu diketahui bahwa ketika bergabung dengan integrasi ekonomi  internasional, maka sebuah Negara tidak hanya akan mengandalkan prestasi ekonomi saja, setiap Negara akan saling beradu strategi untuk mendapatkan yang terbaik bagi negaranya sendiri. Inilah yang akan memunculkan sebuah kompetisi terselubung dalam wilayah yang serumpun. Indonesia perlu konsisten, berprinsip, dan sigap dalam menghadapi setiap detik masalah yang ada. Inilah kunci sukses memenangkan integrasi ekonomi internasional. Ketika rangkaian hal ini dikerjakan dengan baik. Bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi produsen penting dunia.


KESIMPULAN


            Secara garis besar, Indonesia yang dilihat dari segi posisi ekonomi sesungguhnya sudah mencapai pada level tinggi dunia, namun tetap memiliki sisi – sisi sensitive yang dapat menjadi letak target Negara – Negara lain untuk dijadikan sasaran pasar mereka. Sebagai Negara terbesar di Asia Tenggara yang hendak menuju program ASEAN Economics Community, Indonesia harus berbenar dan melalukan persiapan matang agar nantinya dapat menjadi pelaku aktif integrasi ekonomi internasional ini.
            Upaya – upaya yang perlu dilakukan Indonesia beberapa diantaranya bisa seperti penentuan bidan atau jenis produk utama yang akan dijual, kemudian juga memulai gerakan One Village One Product, menciptakan iklim usaha yang pro terhadap usaha – usaha dalam negeri, menggalakkan pemakaian produk dalam negeri dari pada produk luar, pengembangan pendidikan pada level yang baru dan lebih tinggi, serta berbenah pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini tidak serta merta dapat dikerjakan dalam watu singkat maka dari itu persiapanpun pastinya harus matang dan dalam jangka waktu yang rasional.
            Selain hal – hal diatas, Indonesia juga sudah sepatutnya mulai memperbaiki permasalahan mengenai ekspor dan impor. Dimana saat ini Indonesia tengah membuka lear pintu impornya sedangkan Negara – Negara lain malah sedang melakukan entry barrier, kondisi yang berbeda ini akan menjadi ketimpangan yang dapat menimbulkan hal – hal seperti semakin maraknya kedatangan pelaku usaha luar negeri datang ke Indonesia yang akan menggeser pelaku usaha dalam negeri Indonesia terutama usaha kecil. Inilah yang perlu diatasi lagi oleh Indonesia juga terkait dengan keberpihakan ekspor dan impor.
            Hal lain diluar persiapan yang perlu Indonesia perlu tegakkan adalah pengawasan ketika telah benar – benar berada pada masyarakat ekonomi ASEAN. Dalam cetak biru AEC belum dijelaskan secra spesifik bahwa akan dibentuk komisi khusus tentang persaingan usaha yang mana dapat menciptakan dampak pasar monopoli dari Negara lain yang bisa merugikan Negara. Dan apabila Indonesia tidak berani mengkritisi maka sangatlah mungkin bahwa Indonesia akan mau tidak mau dimonopoli.
            Dari segi pertumbuhan, memang Indonesia berada di puncak namun perlu diketahui bahwa dalam integrasi ekonomi internasional, bukan hanya prestasi ini saj yang dibutuhkan. Setiap Negara dan dalam hal ini harus mempersiapkan strategi kemenangan agar Negara yang besar seperti Indonesia tidak hanya menjadi raksasa tidur atau menjadi pemirsa belaka.


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...